Tumbuh kembang anak dimulai dari lingkungan keluarga. Seiring berjalannya waktu, mereka akan senantiasa meniru segala hal yang dilakukan oleh orang tua, kakak maupun saudara yang lainnya. Jika dilakukan tanpa adanya bimbingan, bukan tidak mungkin, mereka akan terjebak pada perilaku yang merugikan tanpa mengetahui letak kesalahan dan juga dampaknya. salah satu perilaku yang tentu akan merugikan diri sendiri dan juga orang banyak adalah korupsi. Padahal ciri ciri korupsi sudah bisa lho diamati sejak usia dini.
Perilaku korupsi sendiri dapat diartikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan, tindakan tidak jujur dan tidak etis yang dilakukan untuk kepentingan pribadi. Nyatanya tindakan korupsi sudah sering dilakukan, tidak hanya di tingkat pemerintah dan institusi melainkan juga di kehidupan sehari-hari. Beberapa orang dewasa bisa saja tidak sadar sudah melakukan tindakan korupsi di hadapan anak-anak kecil, seperti tidak tepat waktu, melakukan duplikasi terhadap pekerjaan orang lain, hingga memanfaatkan fasilitas kantor untuk kepentingan keluarga yang tidak semestinya. Perilaku tersebut bisa saja tercermin kepada pribadi anak, dan tentu orang tua harus lebih mewaspadai tindakannya sejak kecil.
Perilaku Curang Pada Anak
Berikut beberapa contoh perilaku anak yang bisa mengarahkannya pada tindakan korupsi di masa depan, yuk, kita simak.
Menyepelekan uang kembalian
Tindakan yang satu ini umumnya terjadi saat anak diminta tolong oleh orang tua mereka untuk membelanjakan sejumlah uang untuk kebutuhan rumah di toko kelontong. Beberapa anak sering kali menyepelekan uang kembalian dan tidak mengembalikannya kepada orang tua mereka. Beberapa mungkin menganggap bahwa uang kembalian yang kecil tidak diperlukan lagi oleh orang tua, padahal meskipun kecil, uang kembalian tetap perlu disampaikan dan dikembalikan.
Perilaku tidak jujur kemudian akan terus berlanjut dengan tindakan yang lebih buruk seperti mengatakan jika tidak ada uang kembali bahkan hingga meminta uang lebih dengan alasan uang yang dimiliki saat ini tidak cukup untuk membeli barang yang diperlukan. Untuk itu, orang tua perlu memperhatikan dan menanyakan uang kembali setelah meminta tolong kepada anak. Proses kontrol ini akan membuat anak memahami bahwa uang kembali bukanlah hak mereka dan wajib dikembalikan pada pemilik.
Memakai benda yang bukan miliknya
Perilaku yang satu ini acap kali dilakukan di lingkungan pertemanan dan juga keluarga. Sering kali dianggap sepele, pemakaian barang dan alat yang bukan miliknya hanya akan terasa bersalah jika pemilik barang melarang atau meminta untuk dikembalikan. Padahal penggunaan barang yang bukan miliknya dan tanpa izin akan lambat laun membentuk perilaku yang lebih buruk di masa depan salah satunya dengan timbulnya perilaku mencuri, atau mengambil barang yang bukan haknya.
Untuk itu, baiknya setiap orang tua menanamkan perilaku sopan kepada anak dengan cara mengajari anak untuk meminta izin jika ingin menggunakan barang atau peralatan baik disekolah maupun di dalam rumah. Penting juga untuk melakukan pengecekan akan barang-barang yang ia punya di dalam tas, apakah ada barang-barang tertentu yang bukan milik si anak. Minta anak jujur dan ajarkan ia untuk mengembalikan barang sekaligus meminta maaf. Dengan begitu, anak akan memahami jika perilakunya salah dan bisa mengecewakan orang tua.
Itu dia beberapa contoh perilaku anak yang bisa menjurus pada tindakan korupsi di masa mendatang. Meski bukanlah jaminan jika ajaran anti korupsi yang diberikan oleh para orang tua kepada anak sedari dini akan terus tertanam dalam diri anak hingga dewasa. Namun bukan berarti penanaman nilai anti korupsi diabaikan yang justru akan membuat anak merasa tidak terkontrol dan berujung pada tindakan yang merugikan orang banyak.
Agar lebih mudah mengajarkan anak mengenai pentingnya memiliki sikap berintegritas yang bisa membantu menghindarinya dari sikap koruptif di kemudian hari, Anda bisa mengunjungi situs Pusat Edukasi Antikorupsi, ACLC KPK, dan menonton serial Kumbi, yang memang ditujukan untuk edukasi dini mengenai integritas dan antikorupsi bagi anak-anak.